Rabu, 02 Juni 2010

Alam Pikir Yunani

Cara kerja Naturalisme dan Idealisme masing-masing memiliki pola tersendiri, meskipun keduanya merupakan buah tangan bangsa Yunani. Naturalisme dengan micro-atomisme dan macro-atomisme mengujud menjadi kolektivisme dan individualisme.

Macro-atomisme secara universal tidak tampak secara keseluruhantetapi secara individu, oleh Socrates dikatakan yang kuat menentukan yang lemah seperti halnya matahari dan manusia kemudian mengujud kepada gerak individualisme.

Sedangkan micro-atomisme mengambil objek study dari jasad dimana atom-atom dikiaskan pada organ-organ tubuh kemudian tegaklah kolektivisme dimana hak individu lebur yang dikoordinir oleh suatu lembaga.

Mereka sesungguhnya penyembah-penyembah “Hukum Alam”. Seperti yang terungkap oleh beberapa filusuf Yunani sebagai berikut:
1. Anaximandros (610-547 SM), seorang filusuf Yunani yang berpendapat bahwa “asal alam itu satu, tetapi bukan air akan tetapi “Apeiron” yang tidak ada persamaannya di muka bumi ini, berbeda dengan pendapat gurunya Thales (640-545 SM) yang berpendapat bahwa “asal alam ini adalah air”.
2. Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa “asal alam ini adalah udara”.

Sementara itu, faham Idealisme diperkenalkan oleh filusuf Yunani Plato (427-348 SM), dan ia merupakan murid dari Socrates yang sesungguhnya telah merintis faham idealisme terlebih dahulu dengan filsafatnya yang terkenal “Kenali dirimu dengan dirimu sendiri” yang bermakna bahwa pada asalnya manusia itu tiada mengetahui sesuatu, dan setelah belajar dan berfikir barulahia mengetahui sesuatu.

Pendapat Socrates tersebut sebagai bantahan faham Naturalisme dengan tidak mencari kebenaran pada bumi, langit, udara, air, api, uap dan sebagainya. Dr. Abu Hanifah dalam bukunya “Rintisan Filsafat” menyebutkan bahwa “Idealis” diambil dari perkataan “Idee” yang asal mulanya dari Plato.

Socrates dan Plato berpendapat bahwa jiwa manusia itu penuh dengan kebenaran dan seluruh pengetahuan pada hakekatnya telah kita ketahui karena sebelum kita lahir ruh/jiwa manusia sudah mengalami kebenaran asli walaupun kita belum mengalaminya dan ini terletak di dalam hati sanubari kita, Jiwa itu menghimpunkan segala sesuatu. Siapa yang mengenal dirinya dapatlah ia mengenal segala sesuatu dan siapa yang tidak mengenal dirinya, tidaklah dapat ia mengenal sesuatu.

Alam pikiran Yunani tersebut menjadi inspirasi dan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan faham dan agama-agama atau kebudayaan di dunia. Singkatnya, alam pikir Yunani dengan Idealisme dan Naturalisme sebagai mutiara kekayaannya, yang dianggap menjadi sumber kebudayaan/peradaban abad ke-20 ialah sudut memandang ilmu yang menyebabkan manusia menjadi subjek untuk menaklukan yang lain menjadi objeknya.

Pola pikir mereka seperti itulah yang memandang bahwa ilmu bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari dalam diri mereka dan juga pantulan yang mereka peroleh dari alam.